Untuk genggaman tangan yang selalu erat menuntun setiap langkah dan tujuan. Berjuang saya kini atas nama Ibu, agar ia bangga bahwa cinta itu nyata dan perjuangannya bersama Bapak tidak sia-sia. Jauh jarak yang sudah mereka tempuh, saya tidak pernah dengar Bapak atau Ibu mengeluh. Bangga saya luar biasa dilahirkan dari rahim seorang pejuang. Dibesarkan oleh pekerja keras, Bapak dan Ibu pencari uang.
Saya tahu betul, bahagianya orang tua adalah kebahagiaan anaknya merupakan hal yang benar-benar nyata. Darah ini adalah darah mereka. Daging ini adalah daging mereka. Mereka melihat anak seperti melihat diri mereka yang kembali muda, itulah alasan terkuat kenapa mereka kerap ikut mengatur dan menarik kita kepikirannya.
Cinta antara saya, Ibu dan Bapak, bukan sesuatu yang dicari-cari. Bukan pula datang karena terbiasa dan hal-hal sistematis lainnya. Mereka adalah saya dan sebaliknya.
Terima kasih Pak Bu sudah mau berjuang dikala pagi untuk siang, siang untuk malam. Terima kasih karena selalu hadir menjadi penenang disaat ragu, sedih, dan letih menyerang. Terima kasih telah menjadi rumah ternyaman untuk saya pulang dari jahatnya dunia luar. Terima kasih Pak Bu, setiap doa dan harapan yang selalu dilangitkan kini telah berbuah capaian. Terbukti dari setiap perjalanan panjang yang lancar berbekal iman, adab, dan ilmu yang telah Bapak dan Ibu ajarkan.
Wahai Zat Mulia peramu alam, hadir dan bahagianya saya di dunia berkat adanya cinta dari Bapak dan Ibu yang tak terhingga. Tolong bahagiakan mereka dan beri saya jalan untuk lakukan hal yang sama. Apabila di tengah jalan saya diharuskan berhenti dan tidak bisa lagi menemani mereka di dunia ini, saya harap Engkau tidak pernah lupa, bahwa sejauh apapun langkah saya pergi meninggalkan rumah, selalu ada dua cinta yang telah saya titipkan untuk selalu Engkau jaga. Tolong jaga dan rawat dua cintanya saya, bahagiakanlah mereka disetiap detiknya, sama seperti bahagianya mereka dahulu ketika saya lahir di dunia.
